KARBON BIRU INDONESIA

Selamatkan Bumi!

Karbon biru di Indonesia mencakup ekosistem mangrove, padang lamun, dan rawa pasang-surut, memiliki peran besar dalam penurunan emisi karbon dunia. Dengan menyimpan hingga 17% cadangan karbon biru global dan mampu menyerap karbon tiga kali lebih banyak daripada hutan darat. Indonesia memiliki potensi besar untuk mitigasi perubahan iklim, terutama mangrove seluas 3,3 juta hektar dan lamun 1,8 juta hektar, mendukung target penurunan emisi nasional sebesar 29-41% pada 2030

Kami ingin para Pemangku Kepentingan memahami peran penting Karbon Biru dan bagaimana kita semua bisa berkontribusi menyelamatkan Bumi Kita.

Apa Itu Karbon Biru?

Karbon Biru mengacu pada karbon yang disimpan di ekosistem laut dan pesisir seperti hutan bakau, padang lamun, dan rawa payau. Ekosistem ini sangat efisien dalam menyerap dan menyimpan karbon dari atmosfer dan laut.

Berbeda dengan hutan di darat yang menyimpan karbon di biomassa (batang, daun), ekosistem biru menyimpan sebagian besar karbon di dalam tanah atau sedimen di bawahnya, di mana karbon bisa tetap tersimpan selama ribuan tahun.

  • Hutan Bakau: Pelindung pantai yang tangguh dan penyimpan karbon super.
  • Padang Lamun: Padang rumput di bawah laut yang menjadi habitat penting dan juga gudang karbon.
  • Rawa Payau: Wilayah transisi antara darat dan laut yang kaya akan biodiversitas dan karbon.
Hutan Bakau Padang Lamun Rawa Payau

Mengapa Karbon Biru Sangat Penting?

Karbon biru memainkan peran vital dalam mitigasi perubahan iklim karena kemampuannya yang luar biasa dalam mengurangi emisi karbon:

  • Penyimpanan Karbon Efisien: Ekosistem biru dapat menyimpan karbon hingga 5-10 kali lebih cepat daripada hutan di darat.
  • Penyimpanan Jangka Panjang: Karbon yang tersimpan di sedimen dapat bertahan ribuan tahun, jauh lebih lama daripada di ekosistem terestrial.
  • Manfaat Ganda: Selain menyimpan karbon, ekosistem ini juga melindungi pantai dari abrasi, menyediakan habitat bagi keanekaragaman hayati laut, mendukung perikanan, dan menjadi sumber mata pencarian masyarakat pesisir.

Kerusakan ekosistem karbon biru dapat melepaskan karbon yang tersimpan kembali ke atmosfer, memperburuk perubahan iklim. Oleh karena itu, melestarikan dan merehabilitasi ekosistem ini sangat penting.

Laut Bersih Manfaat Ekosistem

Emiter Karbon

Emiter karbon adalah aktor atau entitas yang berkontribusi pada emisi karbon dari ekosistem karbon biru

Aktifitas yang berkonstribusi pada lepasnya karbon ke udara antara lain karena konversi lahan pesisir dan pulau-pulau kecil dan aktifitas yang menyebabkan terjadinya pengadukan sedimen dasar perairan. Apa saja kegiatan tersebut, antara lain:

Sektor Akuakultur dan Perikanan:

  • Kegiatan usaha budidaya perikanan untuk pembukaan lahan tambak baru, sumber carbon yang dilepaskan ke udara disebabkan oleh penggalian tanah, asap dari penggunaan alat berat, penggunaan kincir pada tambak, genset listrik .
  • Kegiatan penangkapan ikan sumber lepasan karbon berasal dari mesin bahan bakar kapal, genset listrik, alat tangkap terutama jenis trawl atau Pukat Dasar.

Sektor Pariwisata:

  • Sektor pariwisata pesisir dan pulau kecil juga berkonstribusi terhadap emisi karbon terutama yang berasal dari fasilitas yang menggunakan bahan bakar fosil, seperti kapal wisata, atraksi selam dan snorkling yang mengaduk dasar sedimen, pembangunan resort dan bangunan diatas laut yang mengkonversi mangrove dan lamun

Sektor Energi dan Pertambangan:

  • Sektor energi dan pertambangan yang saat ini perkembangannya banyak dilakukan di pesisir dan pulau kecil, disamping proses pembangunannya yang mengkonversi mangrove dan lamun juga pada operasionalnya berdampak besar pada kondisi karbon biru, seperti pelepasan air pendingin turbin, pengambilan air laut untuk pendingin turbin, pengadukan sedimen dari mobilisasi kapal dan tongkang, asap dan debu dari cerobong pembakaran , penggunaan bahan bakar fosil, dan lainnya

Sektor Kepelabuhanan:

  • Sektor kepelabuhanan berkontribusi terhadap emisi karbon di laut melalui berbagai aktivitas yang melibatkan operasi kapal, penanganan kargo, dan infrastruktur pelabuhan. Emisi utama berasal dari pembakaran bahan bakar fosil oleh kapal (seperti bunker fuel) untuk transportasi dan bongkar-muat, yang menghasilkan CO₂, CH₄, dan N₂O. Selain itu, alat berat di pelabuhan (crane, forklift) dan pembangunan/reklamasi lahan pelabuhan juga menambah emisi, terutama jika melibatkan deforestasi mangrove atau gangguan ekosistem karbon biru. Menurut estimasi Internasional Maritime Organization (IMO), sektor pelayaran global menyumbang sekitar 2-3% emisi GRK dunia, dengan aktivitas kepelabuhanan turut memperbesar jejak karbon, terutama di pelabuhan sibuk seperti Tanjung Priok atau Surabaya. Degradasi ekosistem pesisir akibat reklamasi dapat pula melepaskan karbon tersimpan, memperparah emisi. Mitigasi dapat dilakukan melalui penggunaan bahan bakar rendah karbon, elektrifikasi pelabuhan, dan restorasi ekosistem karbon biru di sekitar pelabuhan.

Sektor Gudang Pembekuan:

  • Sektor Pembekuan banyak menggunakan refrigeran berbasis hidrofluorokarbon (HFCs), yang memiliki potensi pemanasan global (GWP) tinggi. Kebocoran refrigeran dapat melepaskan gas rumah kaca ke atmosfer, berkontribusi pada perubahan iklim yang berdampak pada laut. Gudang pembekuan sering mendukung logistik perikanan, melibatkan kapal pendingin yang menggunakan bahan bakar fosil. Emisi dari kapal ini, termasuk CO₂, metana (CH₄), dan nitrogen oksida (N₂O), mencemari udara dan air laut, memengaruhi ekosistem karbon biru seperti mangrove dan lamun

Dengan memahami dampak dari sektor atau kegiatan yang kita lakukan di wilayah pesisir laut dan pulau kecil, diharapkan mampu mengurangi konstribusi pada penurunan emisi karbon dan memperkuat Kapasitas Karbon Biru.

Hitung Emisi Karbon

Gunakan kalkulator di bawah ini untuk menghitung emisi karbon Anda dari berbagai aktivitas.

Ayo Bergabung dalam Ekonomi Karbon Biru!

Melestarikan dan mengembangkan karbon biru bukan hanya tentang lingkungan, tetapi juga tentang peluang ekonomi dan bisnis berkelanjutan.

Para pemangku kepentingan, dari pemerintah, komunitas lokal, hingga sektor swasta, dapat berkolaborasi dalam:

  • Proyek Restorasi: Memulihkan hutan bakau, padang lamun, dan rawa payau yang rusak.
  • Ekowisata Berbasis Karbon Biru: Mengembangkan pariwisata yang sadar lingkungan dan mendukung konservasi.
  • Produk Berkelanjutan: Mengembangkan produk dan layanan yang mendukung praktik perikanan dan kelautan yang bertanggung jawab.
  • Investasi Hijau: Mendukung proyek-proyek yang berkontribusi pada penyerapan karbon dan kesejahteraan masyarakat pesisir.

Dengan bergabung, kita tidak hanya berkontribusi pada penurunan emisi karbon, tetapi juga membangun sistem ekonomi yang tangguh dan adil bagi masyarakat pesisir.

Tertarik untuk mengetahui lebih lanjut atau berkolaborasi? Hubungi kami untuk informasi lebih lanjut!